Jumat, 30 Oktober 2015

Kerajaan Samudra Pasai


SAMUDRA PASAI


Letak :  
          Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi AcehIndonesia.

Kehidupan Politik :
           Menurut Marco Polo, raja pertama Kerajaan Samudra Pasai adalah Marah Silu atau Sultan Malik al Saleh (1285—1297). Raja berikutnya berturut-turut adalah Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al Thahir 1(1297-1326), Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik al Thahir 1I(1346-1383), Sultan Zain al Abidin Malik az Zahir (1383-1405), Sultanah Nahrisyah (1405—1412), Abu Zaid Malik az Zahir (1412), dan Mahmud Malik az Zahir (1513-1524). Catatan mengenai Kerajaan Samudra Pasai banyak berasal dari Ibnu Batutah yang pernah datang berkunjung pada tahun 1345. Ia memberitakan bahwa Samudra Pasai telah menjalin komunikasi dan hubungan diplomasi dengan Kerajaan Delhi. Rajanya sangat dihormati rakyat dan menjadi pemimpin agama dengan dibantu seorang patih yang bergelar Amir.

Kehidupan Ekonomi Sosial :
            
Kehidupan ekonomi Kerajaan Samudra Pasai banyak dipengaruhi oleh, aktivitas perdagangan karena letaknya yang strategis. Posisi geografis Samudra Pasai sangat strategis karena berbatasan dengan Selat Malaka dan berada pada jalur perdagangan internasional melalui Samudra Hindia antara Jazirah Arab, India, dan Cina. Komoditas dari Kerajaan Samudra Pasai yang diperdagangkan, antara lain lada, kapur barus, dan emas. Untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar berupa mata uang elnas yang disebut deureuham atau dirham. Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan daerah di ujung Pulau Sumatra.

Kehidupan Agama Dan Budaya : 
           Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Pasai, walaupun pengaruh Hindhu dan Budha juga turut mewarnai masyarakat ini. Dari catatan Ma Huan dan Tome Pires, telah membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial budaya masyarakat Pasai mirip dengan Malaka, seperti bahasa maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan, dan kematian. Kemungkinan kesamaan ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang akrab ini dipererat oleh adanya pernikahan antara Putri Pasai dengan Raja Malaka sebagaimana diceritakan dalam Sulalatus Salatin.

Raja Yang Memerintah :
1.     1267-1297 Sultan Malik As-Saleh (Merah Silu), Hikayat raja-raja Pasai & makam raja.
2.     1297-1326, Sultan Muhammad Malik Az-Zahir, koin emas telah mulai diperkenalkan.
3.     1326-1345, Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, dikunjingi Ibnu Batuta.
4.     1345-1383, Sultan Ahmad Malik Az-Zahir, diserang Majapahit.
5.     1383-1405, Sultan Zaenal Abidin Malik Az-Zahir, dikunjungi Cheng Ho.
6.     1405-1412, Sultanah Nahrasiyah, Raja perempuan ( janda Sultan Pasai sebelumnya).
7.     1405-1412, Sultan Sallah Ad-Din, menikahi Sultanah Nahrasiyah.
8.     1412-1455, Sultan Abu Zaid Malik Az-Zahir, mengirim utusan ke China.
9.     1455-1477, Sultan Mahmud Malik Az-Zahir II.
10.  1477-1500, Sultan Zaenal Abidin ibni Mahmud Malik Az-Zahir II
11.   1501-1513, Sultan Abdullah Malik Az-Zahir
12.   1513-1521, Sultan Zaenal Abidin III, penaklukan oleh Portugal

Peninggalan :
1. Cakra Donya
            Adalah sebuah lonceng yang berbentuk stupa buatan negeri Cina pada tahun 1409 M. Ukurannya tinggi 125 cm sedangkan lebarnya 75 cm. Pada bagian luar Cakra Donya terdapat beberapa hiasan serta simbol-simbol kombinasi aksara Cina dan Arab. Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo, sedangkan aksara Arab sudah tidak terbaca lagi.
2. Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir
            Malik Al-Zahir adalah putera dari Malik Al- Saleh yang memimpin Kesultanan Samudera Pasai pada tahun 1287 sampai 1326M. letak makamnya bersebelahan dengan makam ayahnya Malik Al-Saleh.
3. Makam Sultan Malik Al-Shaleh

            Makam ini terletak di Desa Beuringin, Kec Samudera letaknya kurang lebih 17km sebelah timur kota Lhokseumawe.
4. Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
            Makam ini merupakan peninggalan dari Dinasti Abbasiyah dan beliau merupakan cicit dari khalifah Al-Muntasir
5. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet
            Di komplek terdapat makam 44 orang ulama dari Kesultanan Samudera Pasai yang dibunuh karena mengharamkan pernikahan raja dengan putri kandungnya

           Beberapa hal yang menyebabkan Kerajaan Samudra Pasai mengalami            keruntuhan  :
a. Kerajaan Majapahit berambisi menyatukan bumi nusantara.
    b. Berdirinya Kerajaan Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis karena berada di daerah pusat Selat Malaka.
  c. Setelah Sultan Malik Al-Thahir wafat, tidak ada yang meggantikan tahta sehingga penyebaran agama Islam diambil dan diteruskan oleh Kerajaan Aceh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar